Blognya udah pindah lho!!

Sekarang udah punya rumah sendiri, silahkan berkunjung:
www.karoteh.info
sekalian di Bookmark yah :D THX..

Sunday, December 12, 2010

Review: Botchan


Botchan by Natsume Sōseki

My rating: 5 of 5 stars


Sungguh.



Saya hidup kembali.



Telah lama saya merindukan sebuah bacaan seperti ini. sungguh. ini seperti bertemu kembali dengan kekasih yang telah lama terpisahkan. oh betapa melegakannya. sungguh.



Jauh sebelum membaca buku ini, saya telah sadar dan yakin kalau Soseki Nasume akan membuat saya masuk dan terlempar kedalam karyanya. dan ini terbukti langsung lewat buku ini. jika boleh beranalogi, membaca Botchan ini seperti menaiki pesawat jet melintasi khatulistiwa di sore hari yang cerah. yang artinya hhmm.. saya juga tidak tahu, tapi itu yang saya rasakan, yaaahh.. gitulah..



Botchan akan menyuguhkan kejujuran dunia yang keras, semua hal terlihat pelan namun sebenarnya semua ini berjalan sangat cepat, kesadaranmu akan membuat semua realitas terasa pelan dan mencekam. bagaimana tidak, banyak konflik disuguhkan dengan pedas dan dingin disini. tidak enak namun sangat indah. kau akan menyaksikan banyak hal yang saling bersinggungan dan tidak jarang saling menikam dan bertabrakan. tolong jangan berbohong bukankah manusia menyukai ini, menyaksikan sebuah kehancuran dan penderitaan adalah sebuah tontonan yang kita sukai. itu kenapa begitu banyak berita kriminal dan bencana disiarkan di TV, ratingnnya tinggi. serius lho..



Jika kamu belum membaca buku dan bertanya "bagaimana cerita buku ini?" hhmm.. saya hanya bisa menjawab "jangan pedulikan ceritanya". siapa yang akan peduli dengan cerita Botchan ini, ceritanya terlalu biasa dan sangat sederhana, ini hanya cerita tentang kehidupan dan pemberontakan akan realitas yang ada. semua orang pasti mengalaminya, namun masalahnya apakah kita bisa melihat dunia dengan cara seperti di Botchan ini, apakah kita bisa selalu jujur seperti tokoh utama dalam buku ini, apakah kita bisa menolak semua hasutan dan kemunafikan seperti yang disajikan dengan sangat gemilang oleh penulis buku ini, apakah kita bisa menjadikan idealisme sebagai harga mati, apakah kita bisa memberikan rasa sayang yang tulus dan berjanji untuk tetap setia, apakah kita bisa tetep kuat saat semua orang mencoba menjatuhkan? jika jawabannya tidak, cobalah belajar dari buku tipis ini. seperti kata mendiang ayahku, "buku adalah guru terbaik"



Oke, saya sadar, saya tahu kalau review ini kedengaranya berlebihan dan bertele-tele, namun seperti inilah kejujuran yang bisa saya berikan untuk buku ini. terima kasih.



NB: untuk yang telah pernah membaca buku ini diharapkan komentarnya, semoga kita bisa berbincang-bincang, bercakap-cakap, atau kemungkinan terburuk, saling mencela :D





View all my reviews

Thursday, December 09, 2010

Membaca Apa dan Siapa : Karya dan Sang Penciptanya




Sambutan Teguh Esha dalam Anugerah Pembaca Indonesia 2010 

Membaca Apa dan Siapa : Karya dan Sang Penciptanya
Ketika aku MEMBACA sesuatu –BERITA dan atau CERITA—apa yang sesungguhnya ‘ku baca? Aku membaca suatu KARYA yang DITULISKAN oleh SANG PENULISNYA: SEORANG WARTAWAN atau SEORANG SASTRAWAN.

Di dalam karya tersebut terkandung SUATU dan atau BEBERAPA PERISTIWA tentang SIAPA, APA, MENGAPA, DIMANA, KAPAN dan BAGAIMANA:

Siapa yang dituliskan?
Apa yang dikerjakannya?
Mengapa ia dituliskan?
Dimana peristiwa itu terjadi?
Kapan terjadinya?
Dan bagaimana proses terjadinya peristiwa tersebut sejak dari awal sampai ke akhirnya?

Sesuatu buku, majalah, suratkabar dan media (komunikasi) massa yang lainnya adalah alat atau sarana pengantar suatu karya yang dituliskan oleh sang penulisnya berdasar pengalaman raga dan jiwanya, lahir dan bathinnya; melalui proses penciptaan atau kreativitas yang ‘merupakan’ kesatupaduan kegiatan akal dan fikiran, perasaan dan keseluruhan aktivitas yang berlangsung serentak dan serempak serta sinergik dan harmonik; dalam suatu TOTALITAS PENULISAN yang digerakkan oleh SUATU DAYA CIPTA DARI LUAR DAN DARI DALAM DIRINYA!, YANG BERKESINAMBUNGAN pada suatu (batas) WAKTU TERTENTU!

SEBELUM AKU menuliskan cerita ALI TOPAN ANAK JALANAN, cerita itu BELUM ADA! Dan sebelum bokapku dan nyokapku bertemu dan kemudian mereka menikah, AKU BELUM ADA, BELUM EXIST DI DUNIA INI! Demikian pula riwayat manusia-manusia dan ciptaan-ciptaan yang lainnya! Sebelum ada, mereka tidak ada! Peristiwa nyatanya tidak ada atau belum ada sebelum di-ada-kan.

Sebelum Ali Topan ada, kemudian ia ada, siapakah yang meng-ada-kan dia? Aku!

Aku –sang penciptanya dan sang penulisnya--yang mengadakannya!

Lalu, sebelum aku ada dan kemudian aku ada, Siapakah Yang mengadakan aku?

Orangtuaku? Bukan! Orangtuaku hanyalah media, alat, sarana peng-ada-an diriku:
dari tak ada menjadi ada.

Kar’na, sebelum bapak dan ibuku ada di dunia ini, Siapakah yang Meng-ada-kan mereka?
Bapak moyang mereka?

Lalu, sebelum bapak moyang mereka ada, Siapa Yang Meng-ada-kan bapak moyang kita?

Ujung-ujungnya kita kepentok FAKTA, bahwa ADA SANG PENGADA YANG MENGADAKAN siapa dan apapun yang DIA KEHENDAKI! DIA ALLAH SANG PENCIPTA!

Bagaimana Sang Pencipta menciptakan sesuatu –siapa dan apa –yang Ia kehendaki?

Jika Allah berkehendak terhadap sesuatu, Ia berkata:
“ada” maka ia “ada”
“be” so it is “be”
KATA! KATA KATA!
DAN BAHASA! BAHASA BAHASA!

Sebagaimana manusia dan ciptaan-ciptaan yang lainnya, ALLAH yang menciptakan semua itu! Tak ada yang selain Allah!Bahkan orang-orang yang konon ---kata mereka---tidak percaya dengan (Keberadaan) Allah, mereka tidak sanggup menjelaskan tentang keber-ada-an diri mereka di dunia ini : sebagai objek dan bukan subjek penciptaan. Dan, -----jika ,mereka berkarya---apakah mereka juga menyangkal, bahwa karya mereka tak ada penciptanya?

Orang-orang yang kata mereka tidak percaya dengan keberadaan Sang Pencipta, bagaimana mereka bisa tidak percaya tentang keberadaan karya-karya yang mereka ciptakan dari tak ada menjadi ada?

Mereka diberi mata untuk melihat, tapi mereka buta. Bukan mata di kepala mereka yang buta, tapi mata dalam dada mereka: mata bathin mereka!

Mereka diberi telinga untuk mendengar, tapi mereka tuli. Bukan telinga di kepala mereka yang tuli, tapi telinga bathin mereka yang tuli!

Mereka diberi nurani untuk mengerti, tapi mereka tak kunjung jua mengerti.

Mereka buta bisu tuli, tapi mereka tidak menyadari.

Jika aku membaca sesuatu buku –buku sastra dan atau bukan sastra!—aku merenung dan berfikir tentang sang penulisnya! Jika aku melihat ---dan membaca dengan akal, fikiran dan perasaanku—selembar daun atau sekuntum bunga; aku berfikir dan takjub, terpesona oleh Daya Cipta, Pengetahuan, Teknologi dll. yang dipunyai Allah yang sanggup menciptakan semua daun dan semua bunga ada di bumi ini!

Aku sering memetik selembar daun dari tangkai pohonnya. Ku pandangi selembar daun itu. “Dulu kamu tidak ada, wahai selembar daun. Lalu, kamu diadakan oleh Allah Sang Pencipta: Dari tidak ada menjadi ada. Dan sekarang kamu berada di telapak tanganku.

Aku harus bisa membuktikan, bahwa kamu sesungguhnya tidak ada,” kataku kepada selembar daun itu. Dengan Nama Allah Sang Pencipta, aku sobek daun itu menjadi dua sobekan. Lalu kusobek-sobek lagi setiap belahannya. Demikian seterusnya hingga ke bagian-bagian yang terkecil yang mampu kubelah. Dan aku berfikir : jika setiap bagian dari daun itu dibelah-belah terus hingga ke bagian yang terkecil, dan dibelah-belah, lagi, maka bagian yang terkecil itu tidak ada! Aku gemetar. Sekujur diriku---raga dan jiwaku--merinding. Pujian untuk Allah Tuan al alamin.

Ketika aku membaca sesuatu buku, aku membaca sang penulis buku itu dengan akal dan fikiranku! Bahkan ketika aku membaca sebait puisi yang “ku ciptakan” dan kutulis dengan tanganku sendiri, aku terkaget-kaget! Kenapa ---dan bagaimana—kok “tiba-tiba”
aku bisa menulis puisi itu:

aku di sini
aku tak lari, aku tak sembunyi
penjaraku tak bert’rali besi


atau ini:

sunyi ini bukan sunyi yang dulu
tapi tetap sunyi


Seperti kegiatan manusia yang lainnya, kegiatan menulis dan membaca berjenjang-jenjang tingkatan kualitas(orang)nya! Para penulis yang goblok, pasti karya mereka mengekspresikan kedunguan mereka. Dan para pembaca yang bebal pasti mempertontonkan kebebalan mereka.

Ketika aku membaca Kehancuran “Indonesia”, aku membaca kebodohan-kebodohan itu: kehancuran daya cipta dan kecerdasan mayoritas penulis dan mayoritas pembacanya!

Aku bukan (golongan)mereka!
Semoga teman-teman Goodreads Indonesia seperti saya !
Nggak idiot seperti mereka..

SaLeM SaLoM SoLeMnis SaLaM SeLaMat

Teguh Esha

Jakarta, 5 Desember 2010

Friday, October 22, 2010

Review: Andy's Corner: Kumpulan Curahan Hati Andy F. Noya

Andy's Corner: Kumpulan Curahan Hati Andy F. NoyaAndy's Corner: Kumpulan Curahan Hati Andy F. Noya by Andy F. Noya

My rating: 4 of 5 stars





Surat Kecilku untuk Om/Bapak/Bung/Bang/Saudara Andy F. Noya

Kepada
Yth. Andy F. Noya

Hai Om..

Sebelumnya saya akan bercerita sedikit tentang diri saya dan televisi. Saya tidak suka dengan tabung elektronik itu, bukan benci hanya tidak suka. kenapa? hhmm.. saya tidak percaya dengan duduk berlama-lama didepan TV sambil makan krupuk bisa menyelesaikan masalah dan membuat hidup saya jauh lebih baik. itu saja.

tentu saya juga pernah menikmati TV tapi itu hanya dalam kadar yang saya percaya sangat sedikit sekali dan saya hanya bisa menikmati satu stasiun saja, bukannya saya tidak bisa mengoperasikan remote control namun saya percaya dan harus menikmati iklan yang ada diantara jeda suatu program, menurut saya ini cara terbaik berterima kasih atas program gratis yang TV berikan. jika diurut sedari kecil saya hanya tahu sedikit stasiun TV saja, mungkin bisa digambarkan seperti ini:
Cartoon network --> MTV dan Tv5 --> (jeda kosong selama beberapa tahun sejak 1998 sampai 2004) --> Metro Tv --> NatGeo --> dan sekarang kosong kembali. kalaupun ada saya hanya menikmati siaran pertandingan Sepak bola dan acara anda tentunya, Kick Andy!

Friday, October 01, 2010

Review: OTOBOKE SECTION CHIEF vol. 01

OTOBOKE SECTION CHIEF vol. 01 OTOBOKE SECTION CHIEF vol. 01 by Masashi Ueda

My rating: 4 of 5 stars


Ohh Masashi Ueda..



ini seperti mengobati kerinduan. 12 tahun saya habiskan dengan membaca berulang-ulang Kariage Kun, dan akhirnya kebiasaan itu teralihkan oleh Komik ini. saya menyebut hal ini anugerah.







View all my reviews

Thursday, July 15, 2010

Putus Asa Saja!

Impianku telah membabi buta
merajang jiwa dengan tidak sopan
dan merasuki hati tanpa basi basi
apa yang bisa diperbuat
jika waktu bermain riang dan tersesat
dan ruangpun telah tidak berdimensi.

Berdoa kata mereka,
dasar pembohong
menyembah tidak akan merubah apa-apa.

Bertindak gertak kalian,
dasar laknat
melompat kejurang adalah sia-sia.

Saat ini tolong diam
tak usah direnungi
kenangan telah membusuk bersama berhala sembah itu
retak dan tidak lama lagi akan pecah
percayalah
lihat saja.

Tembok-tembok ini tidak ada harapan
hembusan pelan akan merubuhkannya
ditopangpun sama
hanya akan membuang tenaga
coba saja.

Sudah berhentilah
buntu, tidak ada jalan
lutut ini terkunci dan
tanganpun perikat
rapat dan kencang.

Sudah bernapas sajalah
tarik pelan
hembus keluar
dan ulangi lagi
toh hanya itu yang bisa.

Sudah jangan berontak
buat apa?
jangan mikir lagi pake otak
toh isinya cuma celah dan rongga.

Sudah jangan tunggu
waktu dan ruang itu tidak ada
tidak saat ini dan dsini.

Mati?
buat apa?
percuma.

Hidup?
memangnya bisa?
silahkan saja.

Jadi?

Saturday, July 10, 2010

Taman Langit



Tak ada yang seindah saat ini
berbalutkan gelap malam 
mengintip rembulan yang terbelah
berkedipan dengan bintang yang memerah
inilah sedikit keindahan dunia
melihat ciptaan sang Kuasa.

Ayo duduk berdampingan
istirahatkan pundak yang basah
rebahkan diri diatas putihnya awan
tak perlu lagi berkeluh kesah 
semua akan sempurna dengan adanya kau dan aku bersama.

Jangan hiraukan dia dan mereka
mereka tidak ada
disini hanya ada kita
buanglah semua kata
sunyi ini adalah nyanyian terindah 
tutup matamu, dengarkanlah senandung angin
dan bersandar dipundakku.

Wahai bintang jangan cemburu
bulan akan selalu bersamamu,
dikeheningan ini
biarkan aku dan dirinya meresapi dinginnya hampaan ini
biarkan aku dan dia berpegangan tangan 
dan biarkan aku dan dia berbagi kehangatan
karena hanya saat ini kami bisa merasakan damai.

Damainya kebersamaan
bersama melihat bulan yg sama
dan lihat! bintang itu tertawa kecil untuk kita
menyinari hati yang tersipu malu ini
dan bersinar dalam lindungan TAMAN LANGIT.



Oleh Abdyka Wirmon dan Sari Muliani


Image By americanpsycho



Friday, July 09, 2010

Ke-egoisan-ku














Berjuta-juta ton lava mengalir di tubuhku
mereka pikir aku tersiksa
tidak, aku bahagia.

Panasnya telah mencairkan hatiku yang beku
melelehkan rantai berkarat yang mengikat tanganku
menghancurkan beton yang menanam kedua kakiku.

Kini aku bisa berlari menujumu
kini aku bisa menyentuh kelembutan dihelai rambutmu
kini aku bisa bebas memelukmu.

Kuda-kuda liar berlari bergerombol
mereka terhenyak melihat jernihnya danau khayalan
rusa-rusa muda bertanduk panjang meneguk air cawan dunia
tertidur pulas tanpa takut diburu harimau lapar yang kehilangan cinta.

Engkau pikir aku ini bodoh
berkhayal tentang rimba yang merah muda
engkau pikir aku ini patung
duduk diam dan tersenyum menikmati pipimu yang memerah.

Kita manusia budak
punggung ini penuh torehan kasih sayang
pipi ini memar oleh ciuman terima kasih
kaki ini melepuh oleh langkah-langkah bersama
mata ini buram oleh indahnya dirimu
haus ini adalah keinginan
lapar ini adalah rindu
lepaskan aku dari segala penyiksaan ini.

Tidakkah engkau berpikir untuk menengok kebelakang
ada bayangmu dan doaku mengikutimu
tidakkah engkau berpikir untuk melihat langit
ada bintang dan harapanku mendukungmu
tidakkah engkau berpikir untuk menoleh
ada pepohan hijau dan kehati-hatianku menjagamu
tidakkah engkau berpikir untuk merenung
ada rumput berembun dan saranku menuntunmu.

Maafkan aku jika menemanimu hingga larut malam
maafkan aku jika menunggumu pulang
maafkan aku jika datang terlambat.

Kita ini benar-benar payah
kamu masih ragu-ragu
aku sudah percaya.

PS: Dedikasi untuk sahabatku yang sangat baik.

Image by Marcus74id

Sunday, June 27, 2010

Sofa Biru dan Sepotong Ingatan

Sudah ratusan kali aku ke tempat ini. Selalu seperti ini, rak-rak kayu yang berjejer rapi, sofa biru empuk dan lantunan musik Jazz. Aku bisa mencium bau kertas yang lembut setiap masuk ke tempat ini, toko buku favoritku. Toko ini terletak di pinggiran kota, koleksinya lengkap, pelayannya adalah sahabat yang selalu tersenyum dan akan menawarkan teh hijau hangat kepada setiap langganannya. Toko ini tidak pernah ramai oleh pengunjung tapi mereka punya pelanggan setia yang selalu datang tiap minggu untuk membeli atau hanya bersantai bersama koleksi buku sambil menikmati keheningan yang ramah.

Aku hempaskan tubuhku di sofa biru yang di pojok, ini tempatku dan aku selalu di sini. Aku menyukai sofa ini karena mengingatkanku pada masa kecil. Masa kecil yang indah bersama majalah anak-anak kesayanganku. Pelayan menawarkan kopi dan teh (“seperti biasa, Siska!”). Aku tersenyum, dan dia mengerti maksudku: teh hijau hangat di cangkir bambu.  Aku ingin menikmati sore ini bersama buku tebal yang tidak akan pernah puas aku baca, Dunia Sophie. Musik Jazz berganti dengan suara lembut Egna.

Sore ini hanya ada beberapa pengunjung, sepasang suami-istri yang sedang berdebat memilih buku anak-anak, beberapa orang mahasiswa berkemeja putih yang sedang bersila di antara rak buku hukum dan akuntansi, dan seorang gadis bergaun biru muda, kira-kira berumur 20an. Aku tidak terlalu handal menebak umur tapi gadis ini masih muda dan keliatan sangat anggun, dengan kibasan rambut panjangnya. Dan aku menatapnya. Kulihat langkahnya yang begitu lembut, tatapannya terhadap kertas-kertas di rak-rak tersebut adalah tatapan cinta. Dia menyentuh pinggiran buku dengan hati-hati, seolah buku tersebut seperti bayi yang baru lahir, begitu lemah dan mempesona. Dia tersenyum dan tidak jarang tersipu malu setiap melintasi beberapa buku sastra klasik. Dan pada saat itu pandangannya teralih dan menoleh kepadaku, serentak semua senyumnya hilang. Aku terkejut.

Aku berusaha untuk tersenyum, namun tidak berhasil dengan baik. Hanya membuat bibirku tersinggung beberapa senti dengan cara yang aneh. Akhirnya aku hanya diam menatapnya, mata kami bertemu dan aku mengangguk sedikit. Ada sebuah dorongan untuk menyapanya, namun sebelum kata itu terucap dari lidahku, tiba-tiba tangannya terangkat, jari telunjuknya menempel di bibir merah jambu itu. Dia menyuruhku diam, bahkan sebelum aku sempat berkata apa-apa. Akupun diam dan dia mengangguk pelan, tersenyum dan melangkah keluar, berbelok dan hilang di ujung koridor.

Sunday, June 13, 2010

Laporan Pandangan Mata Kopdar ke-3 GRI bandung dengan Tema “Tepang Sono Goodreaders Bandung”

Ehheem.. cek cek.. 1 2 3.. ini hanya sekedar pendangan mata seorang anak manusia yang masih mengantuk dan kecewa dengan hasil imbang Inggris semalam, jadi beberapa fakta yang terjadi beberapa hari yang lalu mungkin sedikit ter-distorsi, harap dimaklumi. Mari kita mulai.
Kisah ini berawal dari pertengahan april yang lalu, saat saya mendapat kabar bahwa Kopdar GRI serempak se-Indonesia bulan Juni ini. Ini kabar terbaik yang saya terima sejak awal tahun, ini adalah kegiatan tahunan yang paling ditunggu Goodreaders Bandung, sebuah hari dimana semua barudak Bandung yang berdomisili disini, ataupun diluar kota, ataupun diluar jawa saling bertatap muka, menggila dengan tidak jelas dan.. dan kegiatan OOT lainnya tentu saja :P
12 Juni 2010.
Pagi itu saya terbangun dengan tidak terlalu yakin. Saya merasa ada yang aneh dengan hari ini, lima menit pertama saya habiskan dengan merenung kenapa saya harus bangun pada hari sabtu yang cerah ini. Ini aneh, tidak ada yang bangun pada hari sabtu pukul 08.00 pagi, bahkan bocah-bocah rumahan sekalipun masih meneteskan air liurnya pada pukul ini. Kemudian sebuah pikiran dari alam bawah sadar melintas kedalam otak saya yang kecil, saya tersentak “a*****… TELAT…!!!!”
Rasa kantuk, dinginnya air bak mandi dan perut yang lapar tidak terasa lagi. Semua darah terpompa dengan cepat ke paru-paru dan otak. Hari ini adalah hari itu. Saya sangat bergairah, bersemangat dan kesal, kenapa pada hari sepenting ini saya bangun terlambat. Saya harus sudah ada di Hiros Futsal pukul 08.30. Untuk pertama kalinya GRI Bandung mengadakan futsal sebagai awalan acara Kopda. Dan saya harus bergegas, lupakan sepatu, lupakan keramas, lupakan kopi, lupakan sarapan, saya tidak peduli, hari ini saya Futsal bersama GRI.
Futsal adalah kegiatan pertama dalam Kopdar kali ini. Saya kira ini ide yang jenius, sabtu pagi yang cerah, diawali dengan berlarian diatas rumput sintetik, membakar lemak, berkeringat dan tentu saja menyehatkan. Kita semua harus sehat untuk melalui hari ini. Karena hari ini bertema ”Tepang Sono Goodreaders Bandung” hari yang menyenangkan.
Saya datang tepat waktu. Saat itu Aip, Nenangs, Indri dan mas Ibrohim telah berada disana. Tinggal menunggu beberapa orang lagi untuk bisa memulai permainan futsal ala GRI. Akhirnya satu persatu mulai berdatangan, Panda, Imam, teh Fetti, pak A. Gunawan dll. Dan permainan dimulai. Satu yang sangat menarik adalah, saat kita bermain bersama GRI, itu seperti berada digalaksi yang lain, permainan futsal yang tanpa aturan, bermain dengan penuh kebebasan, posisi standar futsal tidak berlaku saat itu. Siapa saja silahkan menggiring dan menendang bola ke gawang mana pun. Ini sangat menarik. Lain kali kita coba lagi yah.. *kedip2-an ama yang ikut futsal”
Setelah menyehatkan diri dengan futsal kami semua beranjak ke Toko Buku BEEBOOK kepunyaan mas Alwi. Toko buku yang baru berumur sebulan yang berada tidak jauh dari tempat futsal ini membangkitkan penyakit kambuhan semua Goodreaders. Kalap. Tentu saja, siapa sih yang tidak? Buku dengan diskon 40%. Tidak ada yang akan berani menolak tawaran ini. Bahkan ada seorang akang-akang yang katanya tidak akan beli namun pada akhirnya keluar toko dengan 2 bungkusan besar penuh dengan buku :P *piss kang*
Kamipun berangkat menuju Remo (Resep Moyang). Kafe & Resto yang akan menjadi saksi Kopdar kali ini. Tempat yang keliatan biasa-biasa ini beberapa saat lagi akan menjadi sangat luar biasa. Namun sebelum itu seperti pepatah klub penguyah yang saya bikin-bikin sendiri “Kopdar tanpa makanan enak seperti buku dengan terjemahan yang buruk” saya juga tidak ngerti maksudnya apa, ya begitulah. Buku menu menjadi rebutan dan pelayanpun dibuat bingung oleh bermacam-macannya pesanan.
Perut yang terisi dan dahaga yang terpuaskan menjadi acara pembuka, selanjutnya perkenalan.satu persatu yang hadir berdiri dan memperkenalkan diri serta wawancara pendek untuk beberapa orang, beberapa pertanyaanpun terlontar seperti “lagi dekat dengan siapa?” atau “ikut klub apa? Jadulers, kolor tiis atau trio macam” tentu saja gosip-gosip kecil pun ada disini :P
Ini daftar hadir Kopdar GRI ke-3 Bandung “Tepang Sono Goodreaders Bandung” :
1
Abdyka Wirmon
2
Panda Surya
3
Aip
4
A. Gunawan A
5
Indah T Lesatari
6
Ayunina R.F
7
Neng Feti
8
Susi
9
Tio
10
Erie SF
11
Iman Sunandar
12
Ibrohim
13
Alwi
14
Sabila Warnada
15
Bulan Tresna
16
Indri
17
ayu yudha
18
Buzenk
19
mute
20
Nanny
21
nenangs
22
D. Wulan Sari
23
Felicia Lasmana
24
Sianawati Sunarto
25
yudi
26
Femmy syahrani

26 orang yang beruntung yang bisa merasakan kegembiraan dan kehangatan GRI Bandung.
Oh ya, selagi memperkenalkan diri, saya menyebarkan sebuah angket sederhana untuk mengukur kinerja GRI Bandung. Dan dari 26 sempel kurang lebih beginilah hasilnya angket tersebut:


Wednesday, June 09, 2010

Transfigurasi Manusia: Refleksi Antrosophia Perennialis by Frithjof Schuon


Saya tidak peduli penulis itu tua, muda, hidup, mati, ahli, pakar, budayawan, aktivis, ibu rumah tangga atau apaun itu. selama mereka menulis sesuatu yang karya itu telah cukup. sebuah buku adalah seorang anak tanpa orang tua. dia yatim piatu. dan pembacalah orang tua angkatnya, yang akan mengasuh ide dan mengembangkannya menjadi sebuah pemikiran atau tindakan.

sebuah buku yang baik adalah buku yang bertanggung jawab akan isi dan kandungannya. jawaban bukanlah hal yang penting, selama pertanyaan yang diajukan dalamnya merukapan sebuah keraguan dan renungan tentang kebenaran.

seperti itulah buku ini.

saya pernah membaca sebuah buku karya penulis lokal yang mengangkat tema yang sama dengan buku ini. hasilnya nol besar. serius lho. 

Tuesday, June 08, 2010

Kafka on the Shore (Labirin Cinta Ibu dan Anak) by Haruki Murakami



Saya bukan orang yang bisa menulis sebuah review dengan indah, tertata, rapih dan jelas. untuk itu jangan buang waktu anda yang berharga untuk membaca ulasan tidak terkait dibawah ini.

mari kita mulai,

saya telah membaca dua buku Murakami sebelumnya Dengarlah Nyanyian Angindan Norwegian Wood dan saya lihat bagaimana Murakami telah belajar banyak dan menjadi penulis surelis yang cerdas, kali ini dalam cerita yang aneh dengan tujuan yang ambigu, banyak yang tidak suka namun saya berkata sebaliknya, "beginilah sebuah buku harus ditulis" ya kan??

Buku ini adalah wadah kesombongan sipenulis, kelihatan sekali Murakami telah banyak membaca tentang tentang mitos yunani dan musik klasik, adaptasi cerita odiepus, dan wacana-wacana kecil tentang karya komposer klasik yang mana saya tidak terlalu mengerti tentang itu.

alur ceritanya sederhana namun dibumbui dengan segala keanehan dan kebebasan penulis dalam menulis alur, timelinenya sedikit berantakan namun bukan itulah inti kisah ini, siapa yang peduli dengan alur kalau percakapan yang dihidangkan dengan gurih terasa nikmat untuk diolah dalam otak homosapien ini. tidak sempurna. inilah buku ini. i love it.

saya pengagum berat murakami, namun terbatasnya kemampuan hanya edisi ini yang bisa saya dapatkan, tidak buruk namun tidak cukup bagus juga. terjemahannya terkesan sangat terburu-buru dan kurang loyal. banyak titik-titik yang membuat saya bosan dan jenuh. saya terpaksa membaca berulang-ulang paragraf deskripsi, analoginya karya ini adalah sebuah mie instans yang diolah ala anak kost, hanya menyedunya dengan air panas.

sampai disini apakah saya membuat kalian bosan?? jika iya, berhenti disini.

saya lanjutkan,

saya sangat mengerti buku ini, pesannya saya terima dengan baik, ke anehannya saya acuhkan, ketimpangannya saya biarkan tetap begitu, idenya saya debatkan dengan agresif. dan saya pikir saya telah dewasa sebagia seorang pembaca. namun ternyata saya salah.

Murakami memainkan moral saya sebagia seorang anak -anak dari orangtua- . saya merasa jijik menatapi fenomena yang diangkat disini.

Murakami mengolok-olok saya sebagai mantan remaja yang pernah juga lari dari rumah. saya melihat diri saya yang dulu seperti seorang yang tolol.

Murakami menghina pemahaman yang telah saya pegang kurang lebih 15 tahun ini. saya pikir ini yang namanya pengkhianatan seorang penulis terhadap pembacanya, terutama pembaca yang tergila-gila dengan karyanya. saya dibodohi.

saya sadar akan banyak yang akan marah dan kesal terhadap review ini, jika iya silahkan datangi saya dan bawa buku edisi ingrisnya sekalian, saya ingin pinjam, jika tidak keluhan kalian yang marah tidak akan saya layani. tidak adil memang tapi begitulah hidup. tidak ada yang adil sama seperti buku ini.

oke, saya tidak tahu cara menutup review ini, sekarang pukul 02.30 dini hari. seperti nakata, saya juga butuh tidur panjang.

bye.


NB:
1.Murakami, kalau kau membaca dan mengerti apa yang saya tulis disini jangan berkecil hati, saya tetep menjadi penggagum berat anda. so keep rockin' Mur. \m/
2. jika yang membaca tidak mengerti dengan apa yang saya tulis, sama. saya juga tidak tahu dengan apa yang saya tulis ini.
3. mohon maaf jika ada yang tersinggung.
4. peace :) 



Saturday, May 08, 2010

Sejarah PALSU (Photographer Asal Sumatra)



        PALSU merupakan sebuah komunitas yang berdiri oleh kesamaan ide, asal, hobi dan kecintaan akan photography, pada awalnya dibentuk oleh lima orang mahasiswa Fakultas Komunikasi sebuah universitas dijantung kota Bandung. Kelima orang ini berasal dari Sumatra dan dipersatukan oleh kecintaannya akan photography sehingga tercetuslah ide untuk membentuk sebuah komunitas photographer yang berasal dari Sumatra.
Pada tanggal 25 november 2008, komunitas ini terbentuk dengan diawali membuat Group di situs jejaring social Facebook. waktu terus berjalan dan perlahan-lahan anggota group ini semakin bertambah dan tidak hanya mereka yang berasal dari Sumatra, bahkan dari seluruh Indonesia, terutama Bandung dan Jakarta dan menurut catatan saya ada juga anggota PALSU yang berasal dari France, India dan German.
Kegiatan bulanan PALSU adalah hunting photo dan berkumpul untuk sharing informasi atau hanya untuk duduk-duduk saja. Namun hal ini yang sering menjadi kunci kekuatan komunitas ini, berkumpul bersama dengan teman-teman se-ide dalam sebuah lingkungan yang positif. Keanggotan PALSU sendiri terbuka untuk umun siapapun yang ingin bergabung silahkan mendaftar di website PALSU www.palsu.org, tidak peduli siapa atau dari mana akan disambut dengan hangat dalam komunitas ini.
Seiring tambah besarnya komunitas ini, tujuan bersama yang ingin dicapaipun semakin tinggi, tempat yang awalnya hanya untuk berkumpul-kumpul saja telah menjadi sebuah kendaraan dengan cita-cita yang besar, menjadi sebuah komunitas photography yang melakukan proses pembelajaran, berbagi informasi dan menjadi photographer yang aktif dan handal.




Palsu Bedah Photo 24 April 2010


24 April 2010 yang lalu PALSU (Photographer Asal Sumatra) mengadakan event PALSU bedah photo, kegiatan ini bekerja sama dengan Black Coffee Photography dan bertempat di café Black Coffee itu sendiri, kegiatan yang terdiri dari Photo Season, bedah photo dan live music ini berlansung dari jam 10.30 sampai pukul 16.00 dan diikuti oleh 24 anggota yang terdiri dari mahasiswa dan kalangan umum.







Photo season dibagi menjadi dua kegiatan outdoor photo season dan indoor photo season. Tidak lama setelah acara dimulai peserta segera menuju Taman Dago untuk kegiatan outdoor photo season, peserta dibagi menjadi dua kelompok, masing-masing disertai oleh satu model, Webby dan Alyssa Anjani "gogirl". Terik panasnya matahari bandung kala itu tidak mengurangi antusias peserta dalam membidik model yang berpose di taman tersebut, pencahayaan dari matahari terpantul melalui deflector yang mengarah langsung ke model membuat photo season ini menjadi sangat menggairahkan, dan setiap peserta dituntut untuk menyerahkan dua photo terbaik mereka yang nantinya akan dilombakan menjadi photo terbaik dalam kegiatan kali ini.

Thursday, April 29, 2010

Kitchen by Banana Yoshimoto



Ini sungguh diluar dugaan, sekali lagi aku dibawa hanyut kedalam arus cerita oleh penulis jepang, Pertama Kobe Abe, kemudian Haruki Murakami dan sekarang Banana Yoshimoto, memang nama yang tidak biasa seperti itu pula karyanya.

Sejak halaman pertama aku sudah sadar buku ini akan membawaku kemana, malayang pelan diatas permukaan dan dipertengahannya aku tenggelamkan sampai dasar. aku bisa melihat semua hal dari dasar ini, semua konflik, dilema dan pikiran yang terombang-ambing mencoba menolak realita namun harus tetap berdiri tegak menggandeng masa lalu dan terus melanggkah kedepan.

Sebenarnya tidak banyak hal yang diajarkan buku ini, dua kisahnya "kitchen" dan "Moonlight Shadow" hanya sebagai pengingat bahwa masa lalu dan apa yang akan terjadi tidak bisa kita hindari, hidup ini terlalu singkat untuk meratapi langkah-langkah yang telah terlewati. teruslah melangkah, tapaki semuanya tanpa penyesalan, lihatlah matahari akan tetap bersinar dan tenggelam disore hari, malam datang dan berganti pagi.  tangisilah kenangan-kenangan indah, karena tiap tetesnya adalah senyum yang tersungging dimasa depan.

Selamat tinggal masa lalu, terima kasih. sekarang izinkan aku tersenyum. :)



Monday, March 22, 2010

Norwegian Wood by Haruki Murakami




Murakami dengan sangat cerdas menulis buku ini,dan diterjemahkan secara briliant oleh Jonjon Johana. kata demi kata tertata rapi seperti kamar yang baru saja dibereskan dan diberi pengharum ruangan beraroma terapi. Indah, segar dan membetahkan.

Alurnya sederhana dan mengalir pelan seperti sungai yang jernih dan tenang dengan tokoh yang penuh kebimbangan layaknya manusia nyata dan tanpa basa-basi. pergulatan emosi, dialog, dan sex dipaparkan dengan menawan tanpa harus malu serta merasa jorok, dan sungguh sangat jarang ada buku yang bisa lugas seperti ini.
Percayalah..

Mungkin beberapa orang akan bertanya agaknya memberi *5 pada buku ini tidakkah berlebihan? tentu saja tidak. buku ini seperti samudra, tenang dan tidak penuh hiruk-pikuk namun lihatlah lebih dalam, anda akan terkejut betapa begitu banyaknya kehidupan yang bisa tercipta disana.



Thursday, March 04, 2010

Dengarlah Nyanyian Angin by Haruki Murakami



Semalam saya bermimpi, mimpi tentang pelabuhan, botol-botol bir, seorang wanita dan tangan-tangan yang saling bergenggaman. bukankah ini tahap yang terindah dari seorang manusia? hidup, mencari jawaban atas dunia, berusaha hidup dalam sebuah arus namun tidak ingin hanyut didalamnya.

Dengarkanlah Nyanyian Angin itulah dia. buku tipis yang telah melengkapi minggu ini dengan sempurna, dia hangat bagai tegukan bir, penuh pengertian bagai seorang kekasih yang tidak banyak bicara, dan cukup tipis untuk diselipkan diantara kamus, binder, kertas photo-copian dan tempat pensil dalam tas hitamku yang berumur 8 tahun tanpa harus menyesakkan isinya.



Hear The Wind Sing